Dan,

Dan,
Inilah puncak dari rangkaian paradoks yang menyerangku dari awal kisah ini dimulai.
Sebuah tawa, dalam duka dan kepahitan yang tak terperi.
Inilah kiamat personalku,
Setiap kenangan itu bagaikan lucifer yang menyamar menjadi domba tak berdosa.
Sejenak aku merasa telah di suguhkan pertunjukkan dagelan.
Kekonyolan panjang nan tragis, dibumbui dramatisasi dengan ambisi ala sineteron bersekuel-sekuel yang membuat perut mual.
Dan kini kelenjar air mata pun mengeras seiring dengan hatiku yang membatu.
Kau Maha pembolak-balik fakta, semoga tenang tanpa air mata.

Share this:

CONVERSATION

0 komentar:

Posting Komentar